AL-Qur’an Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Al-Qur’an
dan IPTEK
Diunggah Oleh:
'Alam Rezki 133111030
Kelas : PAI-3A
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang dengan pesat seiring perkembangan zaman. Perkembangan
ini membawa berbagai dampak bagi kehidupan manusia. Islam sebagai agama
rahmatan lil’alamin, sangat memperhatikan pentingnya IPTEK serta upaya untuk
terus mengembangkannya.
Ini terbukti Al-Qur’an
dan hadits sebagai dasar ajaran Islam, tidak hanya mengatur urusan masalah
ubudiyah saja, tetapi juga memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Banyak
ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits yang memberikan isyarat tentang ilmu
pengetahuan seperti ilmu biologi, sejarah, astronomi, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi masih
banyak dari kita yang belum mengetahui akan hal tersebut. Padahal jika
isyarat-isyarat IPTEK dapat kita suguhkan kepada umat manusia di era sains dan
teknologi seperti sekarang ini, bisa menjadi salah satu unsur pengukuh keimanan
bagi umat muslim dan menjadi sarana paling efektif dalam menggaet massa
untuk memeluk agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Merujuk pada
persoalan di atas, pemakalah tertarik untuk mengkaji persoalan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta korelasinya dengan Al-Qur’an dan
sunah. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang hubungan antara Al-Qur’an,
sunnah dengan IPTEK. Akhirnya, kami ucapkan selamat membaca…
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Sunah terhadap ilmu
pengetahuan? Apakah Al-Qur’an dan Sunah bisa dikatakan sebagai sumber ilmu pengetahuan?
B.
Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK?
C.
Bagaimana hubungan antara Hadits dengan IPTEK?
III.
PEMBAHASAN
A.
Al-Qur’an,
Sunah, dan Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’anul karim ialah mu’jizat Islam yang
kekal dan mu’jizatnya selalu diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturnkan oleh Allah swt kepada Rasulullah Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan
manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang, serta membimbing mereka ke
jalan yang lurus. [1]
Sejak awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan
yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an
yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai
5, kita diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat di atas memerintahkan manusia agar gemar
membaca, menulis, serta gemar melakukan penelitian.[2]
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)
Membaca
bukan saja dalam arti sempit harfiah yaitu membaca yang tergores dalam kertas
atau tulisan, melainkan juga membaca goresan Yang Maha Mencipta yaitu alam
semesta. Ayat kedua dan ketiga menekankan agar manusia menyadari tentang
kejadiannya sehingga dalam diri manusia terbebas rasa sombong, angkuh,
sebaliknya tertanam sifat kebersamaan antar sesama manusia. Karena yang mulia
hakekatnya hanyalah Allah SWT. Dan yang terpenting ialah perintah membaca,
menulis, melakukan observasi atau penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak
mulia.[3]
Wahyu yang pertama diturunkan berisi perintah yang begitu
jelas dan tegas agar Nabi “Membaca” dan diteruskan dengan perintah belajar
melalui qalam. Padahal beliau hidup dalam lingkungan yang tidak terbiasa
untuk belajar dan mengajar. Demikianlah keistimewaan Al-Qur’an memandang
prospektif masa depan dengan perintah membaca dan mengadakan penelitian untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Bahkan Rasulullah
SAW dalam banyak haditsnya sangat menganjurkan agar umat Islam
senantiasa menkaji ilmu pengetahuan. Seperti dalam pernyataan beliau,”Mencari
ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” ; “Carilah ilmu sejak dalam buaian sampai ke
liang lahat” ; “Carilah Ilmu walau sampai ke negeri Cina!” ; “Ilmu pengetahuan
itu milik orang mukmin yang hilang, dimana saja ia mendapatkannya , maka ia
lebih berhak memilikinya daripada yang lain.”
Pada masa selanjutnya (Sahabat dan Tabi’in) perintah Al-Qur’an
dan anjuran-anjuran Rasul tersebut menjadi sebuah etos keilmuan yang pada
gilirannya menimbulkan perkembangan ilmu dalam berbagai cabangnya.
Berkembangnya berbagai ilmu itulah yang kemudian menjadi pendorong perubahan
dan perkembangan masyarakat. Dengan demikian ilmu telah menjadi salah satu
unsur kebudayaan bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat
Muslim di masa lampau.[4]
Hal di atas menunjukkan bahwa betapa ajaran Islam sudah
memperhatikan tentang pentingnya IPTEK dan menyuruh kepada kaum muslimin untuk
berusaha mengembangkannya. Tentunya perkembangan IPTEK juga harus diimbangi
dengan Iman dan Taqwa. Karena IPTEK yang tidak diiringi dengan Imtak, hanya
akan menyebabkan kerusakan.
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.”
Menurut pemikiran modern, ternyata Al-Qur’an bukan hanya
menyeru agama, namun juga menyeru manusia agar mengadakan studi terhadap
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ayat-ayat yang menerangkan tentang
prinsip-prinsip keilmuan sebanyak 750 ayat, dan ini meliputi berbagai cabang
ilmu. Cabang ilmu falak (astronomi) terdapat dalam QS. Yasin : 38-40; kejadian
alam QS. Al-Anbiya’ : 30, cabang geografi QS al- Hijr : 22. Cabang ilmu Botani
QS. Al-An’am : 99; ilmu kimia QS. Al-Nahl : 66 dan masih banyak lagi yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.[5] Hal ini selaras
dengan ayat Al-Qur’an berikut :
Islam sebagai agama yang memiliki
banyak ilmu pengetahuan, bukan saja cinta terhadap ilmu, tapi juga menyuruh
umatnya untuk menuntut, memburu ilmu pengetahuan di mana saja ia berada dan
mengembangkannya demi kemaslahatan umat manusia. Dan dalam Q.S. Al-Mujadalah : 11 Allah menjanjikan bahwa ia akan meninggikan orang-orang beriman
diantaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ
بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian
tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya."
Sunah
juga mengandung informasi tentang kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal
penciptaan, tentang rasul-rasul dan berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan
masa depan. Sunah merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan,
kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan
mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan
eksperimental mereka.
Sedikit mengutip pernyataan Dr. Zaghlul An-najjar beliau
mengatakan Al-Qur’an dan sunah Nabi SAW. Ialah sama-sama memberikan perhatian
mendasar pada pilar-pilar agama yang terdiri dari aqidah, ibadah, akhlak dan
Mu’amalah. Setiap tiang-tiang tersebut apabila dipelajari secara objektif maka
akan tampak bagi setiap yang memiliki nalar kognitif bahwa Al-Qur’an dan sunah
sama-sama mu’jizat dalam hal retorika dan komposisinya, mu’jizat dalam hal
perundang-undangan dan keilmiahannya. Dan juga mu’jizat dalam hal kedetailan
aqidah yang diserukannya, ibadah yang diperintahkannya, akhlak yang ditegaskan
kemuliaanya, dan muamalah yang telah dirumuskan aturan mainnya dengan landasan keadilan dan toleransi.[6]
Jadi tepatlah jika kita mengatakan bahwa Al-Qur’an dan
Sunah merupakan sumber ilmu pengetahuan. Karena di dalamnya terdapat ilmu
pengetahuan yang lengkap.
B.
Hubungan Al-Qur’an dan IPTEK beserta buktinya
Sering
kali diperdebatkan apakah IPTEK itu bebas nilai atau tidak. Mereka yang
menganggap IPTEK itu bebas nilai tentu akan melakukan aktivitasnya yang terkait
dengan IPTEK tanpa mengindahkan tata nilai termasuk nilai- nilai agama (kecuali
nilai- nilai ilmu pengetahuan itu sendiri, seperti kebenaran, objektifitas).
Sebaliknya
bagi mereka yang berpaham bahwa IPTEK itu tidak bebas nilai akan melakukan
aktivitasnya yang berkaitan dengan IPTEK selalu mendasarkan pada nila- nilai
yang diyakininya. Artinya mereka akan lebih selektif dalam segala aktifitasya
dan penerapan ilmu-ilmu itu akan tercermin dalam perilakunya termasuk dalam
penerapan IPTEK. Bagi kelompok yang disebut terakhir ini akan menolak prinsip “science
for the sake of science”.[7]
Al-Qur’an
merupakan mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk
digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman. Sebagai
petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al-Quran tidak akan menyimpang dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam
merupakan hasil perbuatan Allah sedangkan Al-Qur’an adalah merupakan hasil
perkataan Allah. Karena Allah bersifat Maha segala-galanya maka tidaklah
mungkin perkataan Allah tidak sejalan dengan perbuatan-Nya (Sunatullah).
Al-Qur’an
tidak hanya memperlihatkan keistimewaanya pada segi bahasa dan pemberitaanya
saja, akan tetapi Al-Qur’an juga memperlihatkan keistimewaannya melalui
ilustrasi-ilustrasi ajaranya yang memberi isyarat ke arah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dan saat ini, I’jaz yang banyak dibicarakan,
bahkan menjadi diskursus yang hangat ialah mu’jizat ilmiah dalam Al-Qur’an. Seseorang
yang mempelajari ilmu-ilmu dalam Al-Qur’an tidak akan ragu menyatakan bahwa di
dalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmiah bahkan fakta-fakta ilmiah yang
bersifat I’jaz. Di antara bukti-bukti Al-Qur’an yang mendahului ilmu
pengetahuan modern ialah air yang merupakan asal kehidupan.[8]
Allah berfirman :
.... $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( .... ÇÌÉÈ
“… Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu hidup ….”
(Al-Anbiya’ : 30)
ª!$#ur t,n=y{ ¨@ä. 7p/!#y `ÏiB &ä!$¨B ( .... ÇÍÎÈ
“ Dan Allah
menjadikan semua hewan dari air ….”
(An-nur : 45)
Al-Qur’an
juga menerangkan tentang fase-fase pertumbuhan janin sejak dari air mani lalu
menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging , sampai daging itu di
jadikan tulang dan tulang itu dibungkus daging. Kemudian Allah menciptakan satu
makhluk baru. Ini merupakan deskripsi detail yang sekarang dapat dibuktikan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran modern. Hal ini termaktub dalam Q.S.
Al-Mu’minun :
12-14.
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (12) Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (13)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik. (14)”
Termasuk bukti lain ialah apabila pada suatu malam yang
cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang
yang sangat banyak jumlahnya. Pada
zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu yang
sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di angkasa.
Namun
setelah ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan serta teknologi juga semakin
berkembang, orang akhirnya dapat mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan
bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang di alam ini jumlahnya
lebih dari 100 milyar. Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari
planet-planet yang masing-masing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga
tidak saling bertabrakan satu sama lain.
Padahal
hal demikian sudah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an:
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ @ø©9$# u$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o ÇÌÌÈ
”Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al-Anbiya’
ayat 33).
Sehingga
akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya
mengakui bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan
hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop
yaitu:
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷r'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ
”Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya” (QS. Adz Dzaariyaat ayat 47)
óOÎgÎã\y $uZÏF»t#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKt öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# .... ÇÎÌÈ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar ….” (Fushilat : 53)
C.
Hubungan Hadits dengan IPTEK serta
pembuktiannya
Hadist
atau sunnah adalah perkataan, perbuatan dan pengakuan atau ketetapan yang
disandarkan kepada Rasullah SAW. Sedangkan menurut Al-Qur’an, suunah berarti
syari’at, hukum atau peraturan, dan pengertian sunnah menurut Hadits adalah
kebiasaan, tradisi, jalan hidup, cara-cara dan kebiasaan.[9]
Dan fungsi
Sunnah sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan di antaranya ialah Sebagai pengukuh
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Sebagai penjelasan terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur’an,
dan menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.[10] Sunnah
juga merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang
dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan
mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
Seperti
Al-Qur’an, sunnah juga mengandung informasi tentang beberapa hakikat yang
berkaitan dengan masalah-masalah ghaib. Sunnah juga memuat informasi tentang
kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal penciptaan, tentang rasul-rasul dan nabi-nabi
yang tidak mampu diliput oleh historiografi konvensional dan perangkatnya.
Informasi- informasi sejarah masa lalu tersebut tidak diketahui kecuali dengan
melalui wahyu. Sunnah juga mengandung informasi- informasi tentang berbagai
peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan.[11]
Contoh-contoh
bukti sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan ialah seperti bintang–bintang
di langit. Nabi bersabda:
النُّجُوْمُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَأِذَا
ذَهَبَتِ النُّجُوْمُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوْعَدُوْنَ وَ أَنَا أَمَنَةٌ
لِأَصْحَابِى فَأِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوْعَدُوْنَ وَأَصْحَابِى
أَمَنَةٌ لِأُمَّتِى فَأِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوْعَدُوْنَ
“
Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika bintang mati, maka datanglah
pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku,
jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam
mereka. Sahabatku adalah pengaman umatku, jika mereka mati, maka datanglah
kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka.”[12]
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Dalam hadits ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi :
“bintang-bintang adalah pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada
langit sesuatu yang mengancamnya”.
Maksud dari kematian bintang adalah meredup
dan memudarnya sinar bintang. Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam
langit” adalah tersingkap, terpecah, terbuka, dan perubahan langit menjadi
sesuatu yang tidak terurus, ditelantarkan, dan dipenuhi asap dan kabut.
Bintang merupakan benda langit yang tersebar
di langit dunia. Bintang berbentuk bulat atau semi bulat, berbentuk bulat,
berbentuk gas, menyala-nyala, bersinar dengan sendirinya, dan terikat dengan
benda langit lainnya melalui daya gravitasi meskipun berbentuk gas. Bintang
menebarkan sinar yang dilihat dan sinar yang tidak dilihat akibat pengaruh
gelombang cahaya.[13]
Hadits ini merupakan bukti yang menegaskan
kebenaran kenabian, kerasulan, dan perkataan Nabi pada masa ketika orang-orang
kafir dan musyrik yang menjadi mayoritas masyarakat kala itu yang berusaha
mengingkari kenabiannya. Karena itu, pemanfaatan gebrakan ilmiah hadits-hadits
Rasullullah dalam dakwah Islam pada era ilmu dan teknologi sekarang ini, dimana
jarak antar Negara dan kawasan sudah begitu pendek, dan berbagai ranah
peradaban dengan semua aspeknya. Contoh lain ialah Khasiat Zaitun. Nabi
bersabda:
كُلُوْا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوْا بِهِ فَإِنَّهُ
مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Makanlah
zaitun (sebagai lauk bersama roti) dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia
berasal dari pohon yang diberkahi”
Hadis Nabi ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya
(Kitab Al-Ath’imah). Dalam hadis ini menjelaskan bahwa buah zaitun dan
minyaknya memiliki khasiat dan juga berasal dari pohon yang diberkahi.
Zaitun (sebagai buah) dan minyak zaitun telah
disebutkan dalam Al-Quran sebanyak tujuh kali. Pohon zaitun sudah dikenal sejak
peradaban-peradaban kuno sebagai salah satu tumbuhan minyak terpenting. Riset
terbaru membuktikan bahwa kandungan asam lemak minyak zaitun sangat sedikit
sekali, bahkan lemak yang dikandungnya bukanlah lemak yang mengenyangkan. Oleh
karena itu, minyak ini mengandung nilai kesehatan yang tinggi sekali.
Melalui serangkaian penelitian dan percobaan yang rumit
terbukti bahwa mengkonsumsi minyak zaitun dengan teratur memberi andil yang
efektif untuk mencegah berbagai macam penyakit. Diantaranya, penyumbatan
pembuluh darah coroner (jantung koroner), peningkatan kadar lemak berbahaya
dalam darah, tekanan darah tinggi, kencing batu, dan beberapa kanker (seperti
kanker perut, kolon, payudara, rahim, dan kulit). Minyak zaitun juga dapat
digunakan untuk mencegah pemborokan system pencernaan (ulcer of the stomach).[14]
Disamping memiliki manfaat medis, minyak zaitun juga dapat berfungsi sebagai
lauk, pemberi cita rasa, dan penambah selera.
IV.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui
bersama bahwa Sejak
awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar terhadap
ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an yang pertama kali
turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5, kita
diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat di atas memerintahkan manusia agar gemar
membaca, menulis, serta gemar melakukan penelitian.
Selain itu, ternyata di dalam Al-Qur’an tidak
hanya berisikan anjuran-anjuran dan tata cara beribadah saja akan tetapi lebih
dari itu, di dalamnya terdapat banyak khasanah keilmuan yang luar biasa. Baik
yang bersifat klasik maupun modern. Seperti
ilmu sejarah, astronomi, biologi, fisika, kedokteran dan masih banyak lagi. Al-Qur’an
juga menganjurkan kepada umat Islam agar berusaha untuk terus mencari dan
mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi.
Seperti Al-Qur’an, sunah juga mengandung
informasi-informasi tentang berbagai peristiwa yang berkaitan dengaan masa
depan. Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan,
kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan
mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan
eksperimental mereka.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang pemakalah susun. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah
sendiri, serta dapat mempertebal iman dan taqwa kita kepada ALLAH SWT yang
telah memberikan kita akal pikiran sehingga kita dapat mempelajari apa yang
telah diciptakan oleh-NYA. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun/ketika menyampaikan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak tentu kami butuhkan demi memperbaiki makalah kami
berikutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malik, M. Alawi.
Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 2009.
Al-Qardhawy, Yusuf.
As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban.
. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar.
1998.
An-Najjar, Zaghlul.
Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1.
Jakarta : Amzah. 2006.
An-Najar, Zaghlul. Sains dalam Hadis Mengungkap
Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis Nabi. Jakarta: Amzah. 2011.
AS, Mudakir. Studi Ilmu-ilmu
Qur’an. Bogor : Pustaka Litera antar Nusa. 2007.
Kamaluddin, Laode M. On Islamic Civilization.
Semarang: UNISSULA Press. 2010.
M. Abdurrahman dkk.
Metode Kritik Hadits. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. 2011.
Qardhawi, Yusuf.
Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan.
Jakarta:
Gema Insani. 1999.
Syukur, Suparman. Epistemologi
Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam Modern. Yogyakartka :
Pustaka Pelajar. 2007.
[1] Mudakir AS, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera antar Nusa, cet. 10, 2007), hlm.
1
[2] Yusuf
Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:
Gema Insani, 1999), hlm. 91.
[3] Laode M.
Kamaluddin, On Islamic Civilization, (Semarang: UNISSULA Press, 2010),
hlm. 344.
[4] Suparman
Syukur, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam
Modern, (Yogyakartka : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 197.
[5] Suparman
Syukur, Epistemologi Islam Skolastik Pengaruhnya pada Pemikiran Islam
Modern, …. hlm.176-177.
[6] Zaghlul
An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, (Jakarta : Amzah,
2006), hlm. 21.
[7] Laode M.
Kamaluddin, On Islamic Civilization, …. Hlm. 327.
[8] Yusuf
Qardhawi, Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, …. hlm.
321-322.
[9] M. Abdurrahman
dkk, Metode Kritik Hadits, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.192.
[10] M. Alawi Al-
Malik, Ilmu Ushul Hadis, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 ), hlm. 3.
[11] Yusuf Al-Qardhawy,
As-Sunnah Sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban, ( Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 1998 ), hlm. 101-102.
[12] Zaghlul
An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, …. hlm. 2.
[13] Zaghlul
An-Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah Buku 1, …. hlm. 4.
[14] Zaghlul
An-Najar, Sains dalam Hadis Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadis
Nabi, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 232.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar